Kamis, 01 September 2016

Movie Recommended - HILLSONG : LET HOPE RISE (2016)


Judul Film    : Hillsong - Let Hope Rise
Sutradara      : Michael John Warren
Pendukung   : semua personil Hillsong Band, Hillsong UNITED Band dan Hillsong Church
Tanggal rilis : 16 September 2016

Di bulan September mendatang, Hillsong UNITED Band (atau dikenal dengan sebutan Hillsong UNITED atau UNITED) akan merilis film dokumenter berjudul Hillsong : Let Hope Rise. Film ini akan mengulas tentang sejarah pembentukan band rohani remaja tersebut, dan bagaimana pasang-surut aktivitas Hillsong UNITED selama 18 tahun terakhir ini.

Buat orang awam, mungkin mengira Hillsong UNITED sama dengan grup persembahan rohani Hillsong. Padahal keduanya berbeda.

Hillsong - atau Hillsong Church - adalah kelompok persembahan pimpinan Darle Zcshech (1996 - 2007) dan Pastor Reuben Morgan (2008 - sekarang). Mereka biasa membawakan puji-pujian untuk jemaat dewasa di Gereja Hillsong (berlokasi di Sydney, New South Wales, Australia).

Sedangkan UNITED Band sendiri adalah kelompok persembahan (juga) pimpinan Pastor Reuben Morgan yang beranggotakan para remaja dan berfokus pada jemaat usia muda.


UNITED Band dibentuk tahun 1998 oleh Persekutuan Remaja Gereja Hillsong yang disebut "Powerhouse Youth" pimpinan Pastor Muda Hillsong Phil dan Lucinda Dooley. Diawali dengan memainkan lagu-lagu tradisional gereja, para remaja itu kemudian mulai memainkan lagu-lagu baru dan mengaransir ulang lagu-lagu tradisional gereja menjadi lagu "berjiwa muda" yang cocok untuk remaja berusia 16 - 25 tahun. Dan sejak itu, mereka kerap membawakan lagu-lagu berirama energik khas remaja, sehingga sering diundang untuk menjadi band Komisi Remaja gereja-gereja lain. Mereka pun kerap diajak berkontribusi dalam kegiatan persekutuan interdenominasional. Salah satunya yang terbesar adalah Youth Alive Australia. 

Di akhir dekade 1990an, grup tersebut terbagi menjadi 2 kelompok berdasarkan usia : Wildlife (beranggotakan remaja 12 - 17 tahun) dan Powerhouse (18 - 25 tahun). Grup Wildlife dilatih oleh Pastor Musik Russell Fragar, sedangkan Powerhouse oleh Pastor Musik Reuben Morgan.

Tahun 1997 menjadi tahun puncak kejayaan Hillsong Band di mana grup ini berhasil menarik perhatian para remaja yang mengikuti acara Summer Camp. Usai acara tersebut, kelompok ini secara resmi menggunakan nama "UNITED Band", sehingga mereka resmi dikenal dengan sebutan Hillsong UNITED Band atau UNITED.

Pastor Pemimpin Hillsong Darlene Zschech menyarankan Pastor Reuben Morgan agar UNITED Band merilis album. Setelah mengumpulkan banyak materi lagu, maka pada tahun 1999, UNITED Band merilis singel pertama mereka berjudul "ONE", yang kemudian disusul dengan singel kedua berjudul "Everyday" yang dimasukkan ke dalam album tahunan "Hillsong Worship". Selanjutnya, UNITED Band terus-menerus berkontribusi di dalam album "Hillsong Worship", sampai kemudian tahun 2002, Pastor Reuben Morgan memutuskan UNITED Band harus bisa mandiri. 

Karena itu sejak tahun 2002, bersama Joel Houston (anak sulung dari Pastor Senior Hillsong Brian Houston), dan Marty Sampson, mereka bertiga memimpin UNITED Band dan sering tampil mandiri di berbagai persekutuan dan komunitas remaja Kristen. Meski demikian, dalam berbagai kesempatan pelayanan musik Gereja Hillsong, UNITED Band tetap terlibat bersama grup Hillsong.

Film dokumenter Hillsong : Let Hope Rise diharapkan dapat menumbuhkan semangat para remaja untuk memuliakan Allah Bapa lewat pujian dan persembahan. Film ini pun diharapkan dalam pula membangkitkan kerinduan para remaja untuk melakukan pelayanan dan perubahan para lingkungan sekitar mereka.

Sebenarnya film ini sudah selesai diproduksi tahun 2015. Awalnya Warner Bros setuju untuk mendistribusikan film ini. Namun terjadi perbedaan pendapat dan perubahan kesepatan yang dilakukan Warner Bros secara sepihak, sehingga film ini tidak jadi tayang di tahun 2015. Untungnya di bulan Maret 2015, distributor film Relativity Media bersedia merilis film ini dan rencanaya akan menayangkannya di bioskop paling telat 30 September 2015. Namun di bulan Juli, perusahaan itu bangkrut. Akhirnya PureFlix mengambil hak edar film ini dan telah mengatur perilisan film ini tanggal 16 September 2016.

Semoga saja film ini dapat beredar sesuai rencana dan menjadi berkat bagi siapapun yang menontonnya.


Selasa, 09 Agustus 2016

Movie Recommended - BEN HUR (2016)


Judul Film        : Ben-Hur
Sutradara          : Timur Bekmambetov
Pemeran           : Jack Huston, Morgan Freeman, Toby Kebbell, Nazanin Bodiadi, Haluk Bilginer
Tanggal tayang : 19 Agustus 2016

Ben-Hur adalah salah satu literatur klasik yang paling berpengaruh dalam perkembangan agama Kristen di Amerika Serikat. Ditulis oleh Lew Wallace dan diterbitkan dalam bentuk novel tahun 1880 dengan judul Ben-Hur : A Tale of the Christ, tulisan tersebut menjadi sangat terkenal dan meleganda hingga hari ini.

Kisah Ben-Hur telah diadaptasi dalam bentuk film layar lebar sebanyak 4 kali. Yang pertama dibuat tahun 1907 dan 1925 dalam bentuk film bisu. Pada tahun 1959, Ben-Hur diadaptasi kembali ke layar lebar dengan disutradarai William Wyler, dengan diperani Charlton Heston, Stephen Boyd, Jack Hawkins, Hugh Griffith, dan Haya Harareet. Film terakhir di masa itu merupakan film termahal yang pernah dibuat (US$ 15,7 juta), dan terkenal karena jumlah pemainnya yang sangat banyak (lebih dari 10,000 orang artis) serta bangunan dan pertandingan balap kereta kudanya yang sangat mendebarkan. Film tersebut tidak saja menjadi salah satu film terlaris di masanya (meraup keuntungan finansial hingga US$ 146.9 juta), tetapi juga memegang rekor sebagai Film Peraih Penghargaan Oscar Terbanyak di masa itu (11 piala Oscar).

Tahun 2003, cerita Ben-Hur kembali diadaptasi dalam bentuk film animasi. Charlton Heston - pemeran Ben Hur di film adaptasi tahun 1959 - menjadi pengisi suara Ben Hur di film animasi ini.

Adaptasi paling anyar Ben-Hur adalah film ini, yang mana akan dirilis tanggal 19 Agustus 2016 mendatang. Meski ceritanya tetap bersumber pada novel karya Lew Wallace tersebut, tetapi film ini bisa dikatakan merupakan "interpretasi baru" dari novel tersebut, di mana alur cerita yang diangkat sama sekali baru dan menggunakan perspektif yang sama sekali berbeda dengan film-film adaptasi sebelumnya.

Judah Ben-Hur (Jack Huston) adalah seorang Pangeran Yahudi yang tinggal di Yerusalem. Dia hidup damai bersama orang tua serta adik angkatnya, Messala (Toby Kebbell). Messala, yang bekerja sebagai perwira Romawi, iri dengan perhatian yang diterima Ben-Hur dari keluarganya. Karena itu, untuk mendapatkan perhatian dan harta keluarga angkatnya, maka dia memfitnah dan mengatakan kalau Ben-Hur berniat membunuhnya. Akibatnya, Ben-Hur ditangkap dan menjalani hidup sebagai budak Romawi.

Selama 5 tahun hidup sebagai budak, Ben-Hur mempersiapkan rencana untuk melarikan diri dan mencari kesempatan untuk membunuh Messala. Tetapi hidupnya kemudian berubah setelah dia berjumpa dengan Yesus Kristus (Rodrigo Santoro). Lewat pertemuan itulah, Ben-Hur akhirnya bertobat dan ikut Yesus. Dia mencoba melupakan perseteruannya dengan Messala. Namun tatkala Messala menantangnya melakukan lomba balap kereta kuda, Ben-Hur pun menurutinya. Dan terjadilah perlombaan hidup-mati yang akan menentukan masa depan kedua saudara angkat tersebut.

Meski cerita yang diangkat adalah cerita fiksi, namun khusus untuk Yesus Kristus, Sutradara Timur Bekmambetov menggunakan Alkitab sebagai alat untuk menampilkan kepribadian Kristus. Hal ini dilakukan agar penonton bisa benar-benar melihat sosok Kristus seakurat mungkin seperti yang digambarkan Alkitab.



TENTANG LEW WALLACE
Seperti yang sudah ditulis di atas, bahwa Ben-Hur merupakan film adaptasi dari novel legendaris Ben-Hur : A Tale of the Christ, yang ditulis oleh Lew Wallace dan diterbitkan tahun 1880. Lew - lahir dengan nama lengkap Lewis Wallace - adalah pria kelahiran Brookville, Indiana, tahun 1827. Semasa hidupnya, Lew Wallace adalah seorang Pengacara. Dia pernah terjun dalam Perang Sipil Amerika Serikat dan menjabat sebagai Jendral Perserikatan. Selain itu, dia pun pernah memegang jabatan sebagai Gubernur New Mexico Territory.

Novel Ben-Hur : A Tale of the Christ ditulis Lew Wallace antara tahun 1870 - 1873, saat dia masih menempuh pendidikan Hukum. Dia menulis novel tersebut untuk mengalihkan perhatiannya dari pelajaran, agar tidak jenuh. Di luar dugaan, saat dirilis tahun 1880, novel itu laris-manis terjual dan membuatnya kaya-raya.

Karena setting cerita novelnya adalah Yerusalem dan Tanah Suci, padahal Wallace sendiri belum pernah ke sana saat novel tersebut dibuatnya, maka untuk bisa mendapatkan referensi tentang kondisi Yerusalem, Lew Wallace menggunakan peta geografi dan buku-buku sejarah yang terdapat di Library of Congress di Washington DC.

Sebelum menulis Ben-Hur, Lew Wallace sebenarnya sudah menulis novel pertamanya berjudul The Fair God. Novel itu sudah dirampungkannya sejak tahun 1843, namun baru dirilis tahun 1873.

Tahun 1900, Ben-Hur berada di puncak popularitasnya dan menjadi novel Amerika Serikat paling laris di masa itu. Novel itu pun disebut sebagai Novel Kristen Paling Berpengaruh di Abad 19. Hingga hari ini, novel Ben-Hur terus-menerus mengalami cetak ulang dan disebut-sebut sebagai novel "yang tidak akan pernah berhenti dicetak ulang" karena masih banyak orang yang meminati ceritanya.



DO YOU KNOW? 
Saat dipercaya memerani peran Yesus Kristus di film ini, Aktor Rodrigo Santoro merasa sangat tersanjung sekaligus ragu jika bisa memerani peran yang sedemikian besar. Untuk itu, agar dapat melakukan perannya dengan baik, Santoro meminta Paus Francis secara khusus mendoakan dan memberikan berkatnya. Paus Francis menerima Santoro dan memberikan berkatnya pada aktor itu.

Keseluruhan pengambilan gambar film ini dilakukan di Roma, Italia selama 6 bulan (sejak 2 Februari 2015 hingga akhir Agustus 2015).

Ben-Hur akan menjadi pertaruhan cukup besar buat perusahaan film MGM yang mendanai film ini, karena MGM baru-baru ini nyaris bangkrut setelah film-film yang mereka produseri beberapa tahun terakhir ini kurang sukses. Mereka cukup terselamatkan setelah film James Bond ke-23 Skyfall (2012) dan The Hobbit : An Unexpected Journey (2012) meraup keuntungan yang cukup fantastis (akumulasi keduanya melebihi US$ 1 milyar).

Film ini akan dirilis di seluruh dunia dalam format film 2D konvensional, 3D, RealD, Digital 3D, dan IMAX 3D.


Senin, 08 Agustus 2016

Movie Recommended - GOD'S NOT DEAD 2


Judul Film      : God's Not Dead 2
Sutradara        : Harold Cronk
Pemeran         : Melissa Joan Hart, Jesse Metcalfe, David A.R. White, Hayley Orrantia
Tanggal rilis   : 1 April 2016

Dua tahun silam, film God's Not Dead menjadi sebuah film rohani yang cukup kontroversial, di mana film - yang diangkat dari kisah nyata - itu mengisahkan tentang seorang profesor atheis yang meminta muridnya untuk membuktikan kalau Tuhan itu ada (untuk membaca resensi lengkap film tersebut, Anda bisa mengklik link berikut ini ). Film tersebut ternyata sukses besar. Bahkan kesuksesannya secara finansial nyaris seimbang dengan film-film sekuler Hollywood yang beredar di waktu itu, sehingga menempatkannya di 5 Besar Box Office Hollywood.

Atas kesuksesan film tersebut, maka dibuatlah sekuel God's Not Dead yang dirilis April 2016 silam. Meski tidak punya keterkaitan secara langsung dengan film pertamanya, film God's Not Dead 2 menggunakan setting cerita yang sama, yaitu tentang pergumulan iman di dalam sekolah.

Kali ini cerita berfokus pada Grace Wesley (Melissa Joan Hart) yang mengajar Pelajaran Sejarah di sebuah perguruan tinggi Amerika Serikat. Dia adalah seorang guru beragama Kristen yang secara intens rajin menyisipkan Kebenaran Alkitab di sela-sela pelajarannya. Satu ketika, salah seorang muridnya - Brooke Thawley (Hayley Orrantia) - dipaksa orang tuanya (yang atheis) untuk berhenti dari sekolah setelah saudara laki-lakinya meninggal dunia.

Grace kemudian memberikan pengertian pada Brooke tentang kasih Kristus, di mana di dalam kasih itu ada harapan. Dari sana, hati Brooke mulai terbuka dan tertarik untuk mengenal lebih dekat sosok Yesus Kristus. Secara tidak sengaja, dia menemukan Alkitab saudara laki-lakinya yang tersimpan di rumah. Lewat Alkitab itu, Brooke mulai belajar tentang kepribadian Kristus.

Sementara itu, dampak dari pengenalan Alkitab yang dilakukan Grace kepada murid-muridnya cukup luar biasa, karena ternyata banyak dari mereka yang sebelumnya tidak tahu Yesus Kristus, menjadi tertarik mengenal Krists lebih dalam. Tindakan Grace diketahui oleh Kepala Sekolah Kinney (Robin Givens) yang adalah seorang Ateis.

Akibat perbuatannya, Grace disidang Dewan Sekolah karena dinilai telah melanggar etika sekolah, di mana seorang guru tidak diizinkan mencampurkan ajaran agama dan pelajaran sekolah. Dia terancam dipecat dari sekolahnya.Orang tua murid pun setuju kalau Grace dipecat dari sekolah. Tidak hanya sampai di situ, Grace pun terancam dipidanakan karena dianggap mengajarkan "pengetahuan sesat".

Kasus Grace menarik perhatian Tom Endler, (Jesse Metcalfe), seorang Pengacara yang juga pengikut Ajaran Kristen Karismatik. Dia kemudian mengajukan diri untuk membela Grace. Sementara itu, kasus makin memanas dan posisi Grace makin terancam. Terlebih semua saksi dan hakim dalam persidangan adalah orang-orang Ateis, sehingga dapat dipastikan Grace akan kalah dan masuk penjara. Jaksa Penuntut Pete Kane (Ray Wise) kemudian menawarkan pembatalan tuntutan asal Grace bersedia mengakui kesalahannya telah mengajarkan hal yang keliru tentang Yesus Kristus dan Grace setuju untuk mengakui "Tuhan telah Mati".

Namun Grace tetap berpegang teguh pada imannya, sehingga dia pun tetap melanjutkan pengadilan yang tidak adil itu. Dan di sanalah kuasa Tuhan bekerja bagi Grace. Dia tidak saja terbebas dari jerat hukum, tetapi Grace berhasil memenangkan banyak jiwa di persidangan itu.

Film ini mengandung moral cerita yang sangat mendalam tentang bagaimana kita - sebagai pengikut Kristus - harus berani berpegang teguh pada iman kita, meski dalam kondisi apapun. Film ini juga berisi sindiran sekaligus protes kepada Pemerintah Amerika Serikat yang belakangan ini membatasi pelajaran Agama di sekolah, terutama Agama Kristen. Pembatasan ini menyebabkan banyak keluarga Amerika yang kini memilih menjadi Ateis, dan tidak lagi mengenal Yesus Kristus. Melalui film ini, diharapkan masyarakat Amerika Serikat bisa terus diingatkan tentang Yesus Kristus, dan Dia tetap hidup di hati orang-orang yang percaya pada-Nya.

Sama seperti seri sebelumya, film ini pun meraih kesuksesan finansial yang luar biasa. Dibuat dengan dana US$ 5 juta, film ini mampu meraup keuntungan sebesar US$ 23.4 juta. Bahkan saat pertama kali dirilis, perolehan film ini ternyata mampu membuatnya bersaing dengan film-film sekuler dan menempatkannya berada di posisi keempat Box Office Film Dunia di bawah Batman v. Superman : Dawn of Justice, Zootopia, dan My Big Fat Greet Wedding 2.



DO YOU KNOW ?
Melissa Joan Hart - pemeran Grace Wesley - sebelumnya dikenal sebagai Sabrina Spellman dalam serial televisi populer Sabrina the Teenage Witch (1996 - 2003). Pasca menikah dengan pemusik Mark Wilkerson (vokalis grup rock Course of Nature), Hart mengurangi aktivitasnya di dunia film dan banyak berfokus pada bisnis makanan dan pakaian. Keluarga Melissa dan Mark dikenal sebagai keluarga Kristen yang sangat taat.



Minggu, 07 Agustus 2016

Movie Recommended - LAST DAYS IN DESERT (2016)


Judul Film     : Last Days in the Desert
Sutradara       : Rodrigo Garcia
Pemeran        : Ewan McGregor, Tye Sheridan, Ciaran Hinds, Ayelet Zurer
Tanggal rilis  : 13 Mei 2016

Cukup mencengangkan buat saya melihat begitu banyak film-film bertema Kristiani berbujet tinggi yang dirilis sepanjang tahun 2015 - 2016. Di satu sisi, kehadiran film-film tersebut menjadi sebuah tanda bahwa film rohani sedang dalam perkembangan yang sangat baik, dan banyak orang yang haus dengan ajaran Kristiani, sehingga banyak produser merilis film jenis tersebut. Mereka pun tidak ragu untuk membuat film itu dengan dana yang tinggi, artis dan pendukung film papan atas, serta promosi yang gencar guna memastikan banyak orang tahu tentang film tersebut.

Namun di sisi lain, banyaknya film Kristiani yang muncul juga harus ditanggapi dengan bijaksana, karena ternyata tidak semua film Kristiani yang beredar adalah film yang benar-benar menggunakan Alkitab sebagai dasar cerita. Sebagian besar menggunakan informasi di luar Alkitab (seperti catatan-catatan kuno, buku-buku non kanonik dengan kebenaran Firman Tuhan, bahkan novel fiksi), sehingga sebagian besar film tersebut merupakan "intepretasi" dari penulis skenario.Akibatnya, apa yang ditampilkan tidak sepenuhnya benar sesuai Firman Tuhan. Kalau pun benar, tidak semuanya bisa diterima sepenuhnya, karena ada beberapa bagian, yang - jika ditelaah dengan pikiran dangkal - dapat berdampak pada kesalahan pemahaman pada apa yang ingin disampaikan oleh Sutradara dan Penulis Skenario.

Salah satu film tersebut adalah "Last Days in Desert" yang baru dirilis untuk umum tanggal 13 Mei 2016 silam. Sebelumnya, film ini ditayangkan pertama kali tanggal 25 Januari 2015 di ajang Festival Film Sundance. Film tersebut mendapatkan respon yang sangat positif, sehingga diputuskan untuk ditayangkan untuk umum. Setelah mendapatkan distributor yang bersedia merilis film ini, akhirnya beredarkan film tersebut untuk umum setahun kemudian.

Film ini merupakan interpretasi penulis skenario - sekaligus sutradara film ini - Rodrigo Garcia tentang apa yang dialami Yesus Kristus (Ewan McGregor) saat menjalani 40 hari puasa di padang gurun. Seperti yang kita ketahui bersama, kisah Yesus Kristus di padang gurun selama 40 hari merupakan kisah yang menarik, yang menunjukkan diri Kristus sebagai Manusia dan Tuhan sepenuhnya. Alkitab hanya mencatat kalau Iblis hanya memberikan 3 pencobaan kepada Yesus Kristus, dan semuanya berhasil dilewati Kristus dengan baik. Tetapi muncul dalam benak banyak orang, benarkah dalam 40 hari hanya 3 pencobaan itu yang diberikan Iblis kepada Kristus? Sesederhana itukah?

Maka Garcia memberikan jawaban yang mengejutkan : Tidak. Pencobaan yang dilalui Kristus tidak "semudah" itu. Jika hanya demikian pencobaan yang Dia lalui, bagaimana mungkin Dia Yang Maha Kudus bisa sepenuhnya menjadi Manusia Seutuhnya. Sudah pasti, Dia - dalam kondisi lemah - menghadapi banyak pencobaan luar biasa, yang membuatnya pada akhirnya mampu menunjukkan Kekuasaan-Nya sebagai Tuhan sekaligus kelemahan-Nya sebagai manusia seutuhnya.

Dalam film berdurasi 98 menit itu, Yesus Kristus / Yeshua dikisahkan melakukan perjalanan di padang gurun Yudea menuju Yerusalem. Dalam perjalanan selama 40 hari dan 40 malam tersebut, Yeshua - yang melakukan puasa tidak makan - menghadapi berbagai tantangan yang tidak mungkin dilakukan manusia normal. Selain lapar, Yeshua pun mendapatkan pencobaan bertubi-tubi dari Iblis (juga diperani Ewan McGregor).

Dimulai dari pencobaan cuaca ekstrim, kemudian saat Yeshua menolong seorang wanita tua (yang ternyata adalah Iblis yang sengaja menghabiskan air minum Yeshua, sehingga Dia kehausan di padang gurun), hingga kemudian pertemuan Yeshua dengan sebuah keluarga di padang gurun, dan bagaimana Yeshua dihadapkan pada berbagai cobaan dosa yang terus-menerus digelontorkan Iblis, termasuk dosa berselingkuh dengan istri keluarga tersebut.

Iblis pun beberapa kali menantang pengetahuan Yeshua soal Kitab Perjanjian Lama. Dan dalam beberapa kali kesempatan, Iblis mencoba membuat Yeshua frustrasi dan membuat-Nya harus mengambil keputusan untuk melupakan tugas-Nya di bumi sebagai Mesias dan Juru Selamat. Namun pada akhirnya, Yeshua berhasil membuktikan bahwa diri-Nya mampu melewati semua pencobaan itu.

Jika Anda seorang peneliti Alkitab, tentu akan mengkritisi film ini karena banyaknya percakapan yang tidak "Alkitabiah". Tetapi alangkah baiknya saat menonton film ini, Anda tidak terlalu memunsingkan setiap kalimat yang digunakan di film ini, karena film ini bukan sedang mengadaptasi cerita dalam Alkitab, tetapi membuat sebuah intepretasi, sehingga bahasa yang digunakan pun tidak perlu terlalu "Alkitabiah". Selain itu, film ini menampilkan segala hal apa-adanya secara manusiawi dan realistis.

Karena itu jangan kira Anda akan lihat di akhir pertarungan Yeshua dengan Iblis, akan muncul Malaikat bernyanyi di langit atau Allah yang bicara langsung dengan Yeshua seperti yang tertulis di Alkitab. Tidak. Sama sekali tidak ada. Film ini benar-benar menggambarkan Yeshua apa adanya sebagai manusia biasa. Karena itu tidak ada campur-tangan Tuhan secara langsung, tidak ada mujizat-mujizat (yang harus ditampilkan dengan efek khusus), dan tidak ada hal-hal gaib. Semuanya mengalir alami begitu saja, karena film ini ingin menunjukkan kepada penonton bagaimana Kristus apa-adanya sebagai manusia seutuhnya, tanpa campur tangan Allah.

Jika Dia tidak pernah jadi manusia seutuhnya, bagaimana Dia bisa tahu tentang manusia, hidup sebagai manusia, dan mati bagi umat manusia?